TABRAKAN DI LAMPUNG

Mendua hati ingin mudik dari Bogor ke Danau Toba sama keluarga, berakhir dengan masuknya korban dirumah sakit. Kuakui akselerasi & kokohnya body Santafe tak perlu diragukan lagi, ini bisa kita lihat dari tampilan luarnya dgn roda ring-19. Interiornya juga tak top markotop didukung dengan full sunroof membuat penulis memacu kendaraan diatas 120 km/jam di jalan lintas Tengah Sumatera yg notabene bukan jalan tol. Tak sedikitpun oleng dan sangat nyaman diiringi musik pop menemani perjalanan. Pagi itu sekitar 06:00 WIB, kami berkemas untuk melanjutkan perjalanan setelah menginap disebuah hotel. "Minta kunci mobil dong Ma, saya mau bersihkan mobil, saya lihat dibawah ada yg mau nyuci" pintaku. Istriku kasak kusuk mencari ditas dan semua anak kami ditanya, tak satupun yg tau. Akhirnya kami bergegas menghampiri mobil, ternyata tertinggal di bangku supir, dan apesnya lagi kunci serap tidak dibawa... Setelah bertanya ke bengkel-bengkel terdekat akhirnya kita mendapatkan ahli pembuka pintu mobil tanpa kunci... dan berhasil. (Dalam hatiku ini mungkin sindikat), tapi yg jelas mereka sangat membantu kami. Saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 10:00 WIB, kamipun meninggalkan hotel. Kupacu mobilku mengingat waktu yang sudah terbuang sia-sia. Perjalan kira-kira 1jam 15menit dari hotel, kulihat seseorang duduk diatas motornya dipinggir jalan jalur kanan saya, karena jalan sangat lurus saya merasa semua under control dan kecepatan tidak saya kurangi yg walau speedo meter telah menunjukkan angka 120-130. Tiba-tiba pemuda itu ingin menyeberang jalan & sangat santai, akhirnya kuputuskan untuk sedikit masuk ke lajur kanan agar bebas dari pemuda itu, ternyata karena dilihatnya kecepatan saya tinggi, dia mengurungkan niat menyebrang dan kembali ke jalur kirinya yg sebelumnya dia sudah berada di jalur kanannya. Melihat hal itu dengan dengan segera saya tekan pedal rem sekuatnya dan deritan ke-4 ban saya membangunkan lamunan penduduk disekitar jalan, dipadu dengan dentuman bemper depan Santafeku beradu dengan motor matik honda miliknya. Anak-anak dan Istri saya teriak "mati itu Pa..." Kumundurkan sedikit mobil dan saya buka kaca ternyata pemuda itu masih bergerak mengerang kesakitan didalam parit jalan. Satu satu warga mulai keluar dari balik kelapa sawit, semua pingin tau dan mulai non under control, beruntung ada salah seorang diantara kerumunan itu berkata "JANGAN ADA ANARKIS, SAYA JUGA SUPIR. KAMI TIDAK PERNAH MENGINGINKAN TABRAKAN TERJADI" Saya keluar dari dalam mobil, kulihat bekas deritan ban 50meter-an, sayapun tertegun dan takjub. Setelah nego saya harus mengeluarkan dana Rp 8.000.000 utk biaya perbaikan motor bututnya yg tidak dilengkapi surat apapun, serta biaya berobat pemuda itu. Saya salam Ibunya yg selalu beruarai air mata, krn itu satu-satunya anaknya, saya salam pemuda itu dan kudoakan semoga cepat sembuh setelah kubawa ke dokter & ke tukang urut. Perjalanan kami lanjutkan setelah 8 jam rembuk damai. Kira kira 42 jam kemudian kami tiba di Danau Toba dengan dan penuh cerita ke sanak family. *Love you Santafe* Deritan banmu yg sepanjang itu, menggetarkan jantungku, tapi tak sedikitpun oleng kami diperutmu yg menunggangimu dengan 6 orang, ditambang barang keperluan mudik. Ini kisah nyataku. Thanks.