Rencana Kenaikan Harga LCGC, Honda Masih Menunggu Kepastian

 

Belakangan santer beredar kabar rencana kenaikan harga Low Cost Green Car (LCGC). Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyatakan kenaikan, bahkan sempat merevisi informasi beredar dari 5% menjadi Rp5 juta.

Menurut Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy bahwa mereka masih menunggu petunjuk resmi keluar. Barulah nantinya mengambil langkah mengikuti kebijakan itu.

“Mengenai pemerintah mengizinkan kenaikan LCGC Rp5 juta. Saya terus terang sulit memberikan komentar selama petunjuk resmi belum keluar. Kita masih menunggu regulasi pemerintah yang resmi,” ucapnya di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (24/02).

Namun, bila nantinya kenaikan terjadi pihaknya optimis produknya tetap diminati. Mengingat kebanyakan peminat LCGC adalah first time buyer atau pembeli mobil pertama. Bahkan HPM mengungkapkan 70% pembelinya merupakan konsumen tersebut.

“Saya rasa kenaikan tidak akan menurunkan pasar untuk LCGC. Kemarin saja pasar sudah naik. LCGC itu peminatnya banyak sekali. First time buyer itu banyak, terutama di luar Jawa yang infrastrukturnya sedang berkembang.,” terang Billy.

Semenjak kehadirannya, harga LCGC terus naik. Tapi berdasarkan data, tak pernah menyurutkan minat konsumen untuk meminangnya.

Brio Satya pada tahun lalu menorehkan capaian sebanyak 46.804 unit. Mobil bermesin 1.2L SOHC i-VTEC dengan tenaga 90 PS dan torsi 110 Nm memanfaatkan sistem transmisi beropsi manual atau CVT. Adapun harganya pada awal tahun sudah mengalami kenaikan sekitar Rp1,6 jutaan hingga Rp2 jutaan. Berikut detailnya :

• Brio Satya S MT Rp157.900.000 menjadi Rp159.100.000
• Brio Satya E MT Rp171.600.000 menjadi Rp173.200.000
• Brio Satya E CVT Rp188.000.000 menjadi Rp189.700.000

Baca Juga: Honda WR-V Laris, Pemesanan Tembus 5.000 Unit

 

Masih Terkendala Chip

Catatan penjualan di IIMS 2023 tergolong tinggi. Pada Jumat (24/02) mereka melaporkan 710 pesanan. Angka itu diungkapkan lebih baik dari tahun lalu yang mendapatkan 500 unit dalam rentang waktu sama.

Model paling dilirik masih di segmen LCGC, yakni Brio yang menyumbang 28%. Diikuti di belakangnya HR-V kemudian WR-V. Sedangkan BR-V yang menggawangi segmen low sport utility vehicle (LSUV) berkontribusi sekitar 15% - 20% sepanjang IIMS 2023. Ia pun memproyeksikan jumlah pemesanan masih bisa bertambah signifikan hingga akhir gelaran nanti. Apalagi dengan adanya berbagai penawaran menarik.

Walau begitu, kabar baik itu sayangnya harus terganjal krisis chip semikonduktor. Suplai perangkat pembentuk mobil yang sangat penting tersebut dikatakan Billy masih belum stabil. Di mana tentunya kondisi ini bakal mempengaruhi pemenuhan unit ke konsumen menjadi lebih lama. Tak cuma satu model, hampir seluruh portfolio Honda terdampak.

Unit WR-V sendiri yang belum lama meluncur sudah mulai merasakan efek krisis tersebut. Sebanyak 5.400 unit telah dipesan, tapi Honda baru bisa mengirimkan secara wholesale sekitar 3.500 unit dengan retail sekitar 2.500-an unit. Adapun kemampuan pengiriman pabrik Honda saat ini hanya bisa memenuhi 1.500 tiap bulannya.

“Jadi saat ini masih ada sekitar 2.000 unit yang masih harus menunggu. Tapi kami tetap berupaya untuk terus meningkatkan pemenuhan dan mengatasi problem semikonduktor,” jelas Yusak Billy.

Pabrikan pun terus berkoordinasi dengan pihak vendor untuk menyelesaikan krisis. Bahkan mereka juga terus berkomunikasi dengan principal agar dijadikan prioritas, mengingat Indonesia merupakan pasar yang sangat penting karena terus berkembang. Selain itu, mereka juga menerapkan strategi memproduksi model yang memiliki demand tinggi guna menjaga keseimangan permintaan dan suplai.

Jika melihat kedua kondisi di atas, sepertinya konsumen sudah mulai banyak memaklumi soal waktu tunggu pengiriman unit yang lama. Pasalnya jumlah pemesanan unit tak hanya bergerak stabil tapi juga mengalami lonjakan. (HFD/ODI)

 

Baca Juga: Brio Masih Model Terlaris Honda pada Awal 2023