Vario Master

'Blacky'. Demikian kami menyebutnya. Generasi pertama vario. Motor matic 110 cc yang diproduksi Honda. Dengan kode model/type NC 110 D, yang kini generasi penerusnya merajai pasaran motor matic di Indonesia. Motor yang dibuat tahun 2006 ini kami beli pada 13 Desember 2006. Sudah 14 tahun kami mengendarainya. Sudah tak cukup lagi speedo meter untuk mengukur jarak tempuhnya. Sudah tak terhitung lagi kenangan indah yang kami ukur bersama. Dan sudah saatnya kami rawat untuk kangen-kangenan saja. Bolehlah motor matic berikutnya keluar dengan berbagai fitur canggih. Kapasitas mesin yang bertambah gede. Atau dengan berbagai keunggulan lainnya. Namun yang perlu Anda tahu. Vario 110 itu bagi kami tetaplah master. Hanya dua (2) kali ganti fanbelt. Tahun 2013 dan 2019 kemarin. Padahal rata-rata sehari kami gunakan antara 50 - 120 km. Belum lagi 2 kali gunakan touring Mojokerto - Denpasar - Singaraja PP. Belum lagi hampir 2 minggu sekali kami kendarai Mojokerto - Jogja PP. Sejak tahun 2012 hingga 2019 kemarin. Sementara untuk urusan angkut mengangkut juga tak kalah 'macho'. Mengangkut beras atau krecek krupuk dengan beban 150 - 225 kg. itu sudah biasa. Padahal jarak yang kami tempuh bisa 100 km. Banyak yang meragukan rangka besi tengah. Dan biasa saya bilang, "Rangka master ini gak kaleng-kaleng cak!" Yups, untuk naruh di posisi jepitan tengah biasa saya beri beban 50-75 kg. 'Gak Umum' kata teman-teman. Padahal pernah saya bebani beras 4 sak @25 kg.Tapi itu untuk jarak dekat saja sih. Oh ya, kami hanya pernah lakukan servis total satu (1) kali pada tahun 2013. Bersamaan dengan mengganti fanbelt. Pasca kami terjebak banjir yang 'menenggelamkan' si Black. Satu-satunya kejadian sedih yang kami ingat bersamanya. Untuk urusan servis ringan rutin memang kami sangat perhatian. Pilihan kami adalah bengkel resmi Honda dengan teknisi andal. Satu lagi, yang memang sudah paham karakter si Black. Ada perubahan suara mesin motor saja dia sudah hafal. Nah, boleh deh bagi yang punya Vario 110 cc membandingkan dengan si master ini. Di saat kondisi pandemi seperti ini inginnya hati melepaskannya. Sebab ada yang berani nawar 7,5 juta rupiah. Wow bukan? Dibilang butuh sih butuh. Tapi kata isteri, "Tega?" Ah, jelas gak tega dong. Biarlah adiknya yang 125 cc itu saja yang dilego. Untuk tambahan bekal hidup pasca PHK tanpa pesangon. Dan biarkan Si Black tetap menjadi master di tengah keluarga kami.