Yamaha R6 2018

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah jok. Pada model sebelumnya, menukik dari belakang dengan satu tarikan garis. Sehingga terlihat seperti model jok menyambung. Kini kedua ruang duduk dipisahkan dengan lekukan tajam. Karena itu siluet yang terbentuk jauh lebih keren. Tidak sekaku versi terdahulu.

Lalu di bagian panel instrumen, juga tak kalah menarik. Kombinasi antara indikator analog dan digital, memiliki proporsi yang pas. Terlihat seperti cockpit jet fighter, apalagi terhalang windshield kecil yang melandai. Pada Indikator analog hanya menunjukkan putaran mesin. Sedangkan layar digital, menunjukkan banyak sekali informasi. Untuk kebutuhan utama tertera speedometer, trip meter, odometer, fuel meter, indikator suhu mesin, dan informasi posisi gigi.

Di samping hal fundamental tadi, hadir juga lap timer, beragam mode berkendara, traction control, hingga indikator pindah gigi yang bisa diatur sesuai keinginan. Sebagai aksesori, Yamaha menyediakan CCU ( Communication Control Unit) untuk merekam secara real time mengenai informasi tekanan ban, posisi gas, traction control, dan pengaktifan ABS. Hal ini juga mencatat posisi Anda saat berbalapan dengan Yamaha R6 lain. Karena ia dapat terhubung dengan Android atau IOS. Segala fitur ini sangat berguna saat melakukan track day, untuk meluapkan tenaga R6 yang tak bisa ditumpahkan di jalan raya.

Setelah semua peranti elektronik canggih itu, bagian penopang juga tidak main-main. Menggunakan rangka Delta Box alumunium. Yamaha menyebutnya dengan “straight frame concept” yang terinspirasi dari Moto GP. Ia mengklaim rangka ini sangat rigid, ringan, sekaligus mudah dikendalikan. Selain itu, suspensi upside down berdiameter 43mm dengan travel 120mm dapat disesuaikan kebutuhan. Pun di belakang swing arm link suspension dengan monoshock dapat diatur juga tingkat kekerasannya.

Aerodinamika pada bodi motor sangat dipikirkan. Karena itu tingkat koefisien drag berkurang sebesar 8%. Hal ini berasal dari penyematan lubang angin pada fairing serta windshield yang landai. Ditambah posisi mengemudi yang merunduk.

Hal menarik lain, ada pada tampangnya. R6 terkesan terondol seperti pada Moto GP. Itu disebabkan dua buah headlamp LED tersembunyi di kolong fairing. Cukup unik, bentuknya seperti lampu sorot. Sedangkan di atas ada DRL segaris menjadi pemanis. Tidak menemukan lampu sein? Kali ini peranti itu ditempelkan pada spion, berbeda dengan versi sebelumnya. Menilik bagian belakang, stoplamp persegi panjang dipasang vertikal. Semuanya dilengkapi bohlam LED. Secara estetika, pastinya R6 mudah mencuri perhatian atas desain radikalnya.

Total dimensi (P x L x T) 2040 x 695 x 1150 mm. Sedangkan sumbu roda berjarak 1375 mm dan ground clearance 130mm. Menariknya bobot tidak sampai 200 Kg. Hanya 190 Kg dalam keadaan tangki 17,5 liternya penuh.

Pelek palang lima di kedua roda. Modelnya minimalis dengan tiang-tiang yang cenderung tipis. Tentunya terbuat dari alumunium kuat dan ringan. Untuk bannya, 120/70 ZR 17 di depan dan 180/55 ZR 17 di belakang.

Perihal ini menjadi perdebatan. Mesin empat silinder 599 cc yang tadinya menyemburkan tenaga 123 PS, kini hanya mampu mencapai 118 PS. Begitupun torsinya, mengalami penurunan sekitar tiga poin menjadi 61,7 Nm. Hal ini berasal dari upaya pengurangan emisi gas buang untuk standar Euro 4. Mungkin para fanatik kecepatan tidak suka dengan itu. Tapi di satu sisi, motor ini cukup ramah lingkungan dan tidak menjadikannya pelan. Performa R6 di atas kertas masih terhitung baik.

Karena ini motor performa tinggi, sudah sewajibnya mengandalkan dual disc brake di depan. Ia menggunakan hydraulic dual disc berukuran 320 mm dengan kaliper 4-piston dari Nissin. Sedangkan di belakang disc brake 220 mm dengan kaliper satu piston. Keduanya sudah terkoneksi oleh ABS.