Honda HR-V Electric atau yang disebut sebagai e:NS1 dan e:NP1 sudah dijual resmi di Cina. SUV (Sport Utility Vehicle) tanpa polusi tersebut adalah produk hasil sinergi antara Honda dengan Dongfeng, sebuah perusahaan patungan bernama Dongfeng Honda.

Di Cina, pemesanan kedua model ritelnya sudah dibuka sejak 18 Maret 2022 kemarin. Honda HR-V listrik juga jadi produk perdana elektrifikasi dari Honda untuk pasar domestik sana.

Kedua model tersebut tersedia dalam dua pilihan motor listrik dengan keluaran tenaga sebesar 179,5 hp dan torsi puncak 310 Nm yang disuplai dari baterai berkapasitas 53,6 kWh serta dapat menempuh jarak hingga 420 kilometer sekali isi ulang daya listrik.

Selain disuntik dinamo listrik, Honda HR-V listrik ini juga dibekali dengan teknologi dan konektivitas teranyar. Mulai dari Honda Connect 3.0 dan Driver Monitoring Camera (DMC) yang memungkinkan mendeteksi gaya berkendara yang lalai untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan.

Perbedaan antara Honda e:NS1 dengan e:NP1 secara garis besar ada di tampilan. e:NS1 menggunakan grill dengan kelir yang sama dengan warna bodi. Sementara e:NP1 menggunakan grill hitam sehingga lebih terlihat sporty. Kemudian perbedaan selanjutnya ada di velg, utamanya di visual warna.

Bagian dalam kabin, perbedaan paling signifikan jika dibandingkan dengan all new HR-V bensin yang belum lama ini rilis di Indonesia ada di komponen infotainment layar sentuh vertikal dengan bentang 15,1 inci. Kemudian di bagian panel meter yang sudah mengaplikasikan model LCD.

Soal harga, kedua model HR-V listrik ini akan dijual dengan banderol 175 ribu sampai 218 ribu Yuan atau setara Rp379 juta hingga Rp427 jutaan. Dengan penempatan harga, basis model, sistem kelistrikan, sampai fitur rasanya model ini akan menjadi menarik jika di datangkan ke Indonesia.

Tapi pertanyaannya apakah Honda HR-V listrik tersebut jadi salah satu strategi kendaraan elektrifikasi dari PT Honda Prospect Motor (HPM) di market Indonesia?

Tunggu Waktu yang Tepat

Business Innovation and Sales & Marketing Director PT HPM, Yusak Billy menjelaskan, pihaknya masih melakukan pengkajian mendalam soal elektrifikasi, peluncuran mobil listrik akan dilakukan tapi menunggu waktu yang tepat.

"Peluncuran sebuah produk itu tergantung permintaan konsumen, kondisi pasar, infrastruktur, dan di waktu yang tepat. Jadi kita lihat dan pelajari, konsumen kita ini butuh atau tidak, fasilitas dan infrastrukturnya bagaimana. Tidak ada kata telat," kata Billy saat disinggung soal HR-V listrik.

Apalagi, lanjut Billy, pihak prinsipal di Jepang sudah memastikan jika di 2024 semua kendaraan Honda akan berbasis listrik. Tak lupa juga ada target jangka panjang dari pemerintah Indonesia soal Net Zero Emission Roadmap 2021-2060 di mana komitmennya pada 2050 nanti tak akan lagi produsen otomotif yang menjual kendaraan dengan mesin internal bahan bakar (mesin konvensional).

"Indonesia pun sama, kita nggak mungkin nggak ke arah situ. Siapa yang bilang Honda diam-diam saja, tidak, tunggu saja di waktu yang tepat. Ini terus kita pelajari, peluncuran suatu produk harus disesuaikan dengan apa yang ada, kebutuhan, dan pasarnya," lanjut dia.

Mobil Hybrid Honda

Oke, bila produk listrik murni dianggap perlu riset lebih dalam karena berkaitan dengan infrastruktur, mengapa HPM tak coba lebih dulu menjual mobil hybrid? Billy menjelaskan, pada dasarnya mereka bisa saja merilis model tersebut tapi kembali lagi apakah bisa diterima oleh konsumen dengan gap harga yang lumayan tinggi.

"Ya kembali lagi ke konsumen, mau tidak dengan harga segitu? Harganya dengan teknologi seperti itu (hybrid) bisa beda Rp80 juta sampai Rp100 jutaan dengan mesin bensin biasa. Intinya sabar, produk yang tepat di waktu yang tepat. Jadi sekali lagi tidak ada kata terlambat, jelasnya.

Untuk diketahui, di pasar global Honda memiliki berbagai produk hybrid. Salah satunya adalah Honda CR-V, Honda City, Honda Civic, hingga Honda CR-Z. (KIT/RS)

Baca juga: Ada Varian Hybrid Untuk Honda CR-V Terbaru