Menanti ‘Wuling’ di Industri Motor Tanah Air
Wuling, kini bukan nama yang asing bagi industri otomotif tanah air. Sejak menggebrak pasar 2016 lalu, kiprahnya terus menanjak. Namanya memang tak familiar dengan merek mobil di Indonesia, yang kebanyakan diisi brand Jepang atau Eropa. Ia dari Cina. Namun upayanya untuk melakukan penetrasi penjualan di Indonesia patut diacungi jempol.
Strateginya unik. Alih-alih merilis dulu produknya dalam versi CBU (completely Build Up) dengan mengimpor dari negara asalnya, mereka memilih untuk langsung memproduksinya di dalam negeri. Ya, artinya pabrik pun disiapkan, bahkan dengan fasilitas untuk supplier. Begitu merilis mobilnya, hanya 1 model yang diperkenalkan. Bahkan, puluhan diler langsung disiagakan saat produknya resmi dijual. Ketika produknya mulai diperkenalkan, harganya setengah dari rival. Mengagumkan!
Menarik melihat kiprah Wuling. Kami pun berharap ada ‘Wuling-Wuling’ lain di segmen kendaraan roda dua atau motor. Seperti diketahui, pasar motor memang lebih jenuh dibanding mobil. Merek yang berkibar saja tak lebih dari jumlah jari di sebelah tangan. Itupun dengan komposisi penjualan yang seolah tak ada komposisi.
Bagi kami yang berlaku sebagai media dan pengamat, hal itu tak sehat. Monopoli bisa saja terjadi-bahkan sudah sempat terjadi upaya kartel antara Honda dan Yamaha seperti diklaim Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Monopoli tentu tak merugikan masyarakat secara langsung. Pihak yang garuk kepala mungkin pabrikan lain yang kehilangan kesempatan. Namun situasi jenuh ini membuat kompetisi menjadi makin minim. Di tengah minimnya rivalitas , inovasi pun menjadi terbatas. Lihat saja bagaimana trik pabrikan memperbarui motornya. Ganti tema stiker (decal) atau warna pelek sudah jadi gimmick ubahan.
Kedua, harga yang lebih murah juga patut diberikan pada masyarakat secara lebih luas. Toh dengan harga yang lebih terjangkau, tingkat ekonomi masyarakat juga bisa dikembangkan. Di perkotaan, gaji seorang karyawan bisa habis setengahnya demi mencicil motor idamannya. Jika biaya mencicil bisa lebih ditekan, budgetnya bisa digunakan untuk menabung hal lain, misalnya uang muka pembelian rumah.
Di sinilah perlunya ada merek seperti Wuling yang berani melakukan gebrakan serupa pada industri motor. Namun bukan sekadar merilis produk dengan nama yang aneh. Toh sudah ada, misalnya, Royal Enfield, SYM, Kymco, KTM, dan lainnya tapi tak juga bersinar. Cobalah ikuti strategi Wuling dengan fasilitas pabrik yang mumpuni dan jumlah diler yang menjalar. Pikirkan juga mengenai keandalan produk dibanding merek yang sudah ada.
Indonesia saat ini berada dalam posisi yang sangat terbuka untuk masuknya investasi asing.Cina merupakan salah satu negara yang gencar menanamkan modal. Data yang kami himpun mencatat, Negeri Tirai Bambu sudah berada di posisi ketiga negara terbesar yang berinvestasi di Indonesia. Angkanya mencapai US$ 1,6 milyar.
Namun, sekali lagi, cobalah berkaca pada Wuling, dan bila perlu lakukan inovasi yang lebih mendasar pada industri motor; mungkin gebrakan yang berbeda bisa dilakukan. Misalnya saja dengan regulasi kendaraan listrik yang final di bulan ini, peluang main di jenis kendaraan komuter tanpa bahan bakar, justru kian terbuka. Bagaimana? Sanggupkah menggebrak? (Van/RS)
IIMS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Terbaru di Oto
Artikel Motor dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
Bandingkan
You can add 3 variants maximum*- Merek
- Model
- Varian