Ternyata Supercar juga Bisa Kena Recall ?
JAKARTA: Bagi yang memang sudah bosan untuk mendengar kasus recall yang akhir-akhir marak diberitakan media, jangan tutup telinga dulu. Pasalnya, kali ini kasus recall bukanlah mengenai airbag besutan Takata Corporation, melainkan salah satu produsen supercar terkemuka dunia, Ferrari . Berita ini memang agak mengejutkan lantaran dari sebagian besar kabar penarikan atau recall, mobil super eksotis jarang muncul. Dengan kata lain, mobil-mobil tersebut terbilang cukup aman dari kesalahan produksi. Tetapi ternyata, hal ini tidak berlangsung lama. Dan, tentunya Ferrari cukup ‘kebakaran jenggot’ mengingat kasus recall sangatlah mempengaruhi reputasi perusahaan otomotif yang bersangkutan.
Beberapa hari yang lalu, Ferrari Amerika Utara dan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) mengeluarkan keputusan untuk menarik 85 unit supercar hybrid termahal mereka, Ferrari LaFerrari di Amerika Serikat (AS). Yang di-recall oleh NHTSA hanyalah unit yang tersebar di Amerika saja. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, unit di Negara lain bebas dari isu recall ini. Lantas, masalah apakah yang menimpa mobil supercar yang seharga lebih dari 1 juta dolar AS (sekitar Rp 13,3 miliar) ini?
Biasanya recall dilakukan karena ada komponen yang cacat produksi, dan harus segera diganti, agar tidak menimbulkan bahaya bagi pengemudi maupun penumpangnya. Isu penarikan besar-besaran yang baru-baru ini terjadi misalnya, yaitu jutaan unit mobil harus masuk ke bengkel akibat kantung udara tidak berfungsi normal, dan berpotensi melukai pengemudi. Namun, kali ini kasusnya berbeda untuk produsen mobil mewah ini.
Menurut Ferrari dan NHTSA, sebagaimana yang dilaporkan Autoblog, Rabu (24/6/2015), penarikan dilakukan karena dua sebab. Pertama, masalah pada sandaran kepala (headrest) yang diindikasikan tidak sesuai dengan persyaratan keamanan. NHTSA mengklaim, headrest LaFerrari tidak bisa menyerap energi benturan yang cukup kalau-kalau terjadi tabrakan dan gagal memenuhi standar keselamatan Federal Motor Vehicle. Untuk masalah ini, dealer Ferrari dipastikan akan menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk menggantinya. Headrest baru akan dipasang oleh dealer Ferrari di sana tanpa biaya sepeser pun.
Masalah kedua terletak pada Tire Pressure Monitoring System atau sistem pemantau tekanan ban. Masalah pada sistem ini cenderung bersifat teknis dimana seringkali memberikan instruksi yang salah. Misalnya, saat ban bocor, instruksi pada sistem tersebut justru mengatakan bahwa mobil dapat tetap berjalan, asalkan di bawah 80 km/jam. Idealnya, ban mobilnya tertusuk sesuatu semisal kerikil atau benda lain, sistem akan menampilkan pesan “Low Tyre Pressure – Max speed 50 mph”, padahal seharusnya yang ditampilkan adalah “Low Tyre Pressure – do not proceed”. Untuk solusinya, dealer Ferrari diwajibkan untuk memperbarui software pemantau tekanan ban ini pada semua LaFerrari. Sama halnya dengan headrest, pergantian fitur ini tentu saja gratis.
Sekedar informasi, LaFerrari adalah mobil Hybrid pertama yang diproduksi oleh pabrikan asal Italia tersebut. Bermodalkan mesin 6.300cc 12 silinder dan motor listrik, mobil ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 950 daya kuda. Sementara itu, sebenarnya ini bukanlah pertama kalinya supercar hybrid penantang McLaren P1 dan Porsche 918 Sypder ini di-recall. Pada bulan Maret lalu, Ferrari juga harus me-recall semua unit LaFerrari untuk perbaikan coating di sekitar tangki bensin. Jika tidak diperbaiki, mobil seharga Rp 13 miliar tersebut bisa terbakar habis.
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Pembeli asli yang terverifikasi
GIIAS 2025
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature