Amalfi Jadi V8 Murni Terakhir? Ferrari Masih Hati-Hati Luncurkan Mobil Listrik
Peluncuran Ferrari Amalfi menegaskan eksistensi mesin pembakaran internal di tengah transisi elektrifikasi industri
Ferrari Amalfi resmi diperkenalkan sebagai penerus Roma. Namun lebih dari itu, peluncuran model terbaru ini memunculkan pertanyaan besar: Mungkinkah Amalfi menjadi model Ferrari terakhir yang sepenuhnya menggunakan mesin pembakaran internal tanpa sentuhan elektrifikasi?
KEY TAKEAWAYS
Apakah ada prototipe EV Ferrari yang sudah diuji?
Beberapa kali prototipe crossover listrik Ferrari terlihat diuji di sekitar Maranello, namun identitasnya belum diumumkan secara resmiApakah mesin pembakaran internal akan tetap dipertahankan Ferrari?
Ya, Ferrari berkomitmen mempertahankan ICE bersama teknologi lainnya, karena sensasi berkendara dan preferensi konsumen masih tinggiDugaan itu menguat di tengah gelombang elektrifikasi industri otomotif dan semakin sedikitnya model Ferrari bermesin murni. Dari total jajaran saat ini, hanya ada tiga yang masih mengandalkan mesin konvensional, yakni Amalfi, Purosangue, dan 12Cilindri.
Di lain sisi, model seperti 296 GTB, SF90 Stradale, dan hypercar terbaru F80 sudah sepenuhnya mengadopsi sistem plug-in hybrid untuk mendongkrak performa dan memenuhi regulasi emisi. Transformasi teknologi ini tak terhindarkan, namun Ferrari mengisyaratkan bahwa prosesnya tak akan dilakukan secara terburu-buru.
Pernyataan Strategis Ferrari di Tengah Tekanan Elektrifikasi
Konferensi pers peluncuran Amalfi di fasilitas Centro Stile Maranello menjadi panggung penting bagi Ferrari untuk menyampaikan sikap mereka. Dalam wawancara dengan media internasional, Chief Marketing & Commercial Officer Ferrari, Enrico Galliera, menyebutkan bahwa arah pengembangan EV sudah dipetakan, namun eksekusinya akan sangat bergantung pada permintaan dan dinamika pasar.
Ferrari memang telah menyatakan investasi besar di teknologi kendaraan listrik. Namun, Galliera menegaskan, investasi tersebut dilakukan paralel dengan pengembangan teknologi yang sudah ada—mesin V6, V8, V12, hybrid, dan kelak listrik. Menurutnya, pendekatan Ferrari bukan sekadar mengikuti tren, tapi merespons permintaan aktual konsumen dan regulasi secara selektif.
“Kami mengatakan akan terus berinvestasi di setiap teknologi. Lima tahun lalu, ketika kami mengumumkan investasi untuk mobil listrik penuh, kami juga mengatakan akan terus berinvestasi di semua teknologi yang tersedia: V6, V8, V12, mesin pembakaran, hybrid, dan di masa mendatang, listrik,” kata Galliera di hadapan para perwakilan media dunia, salah satunya Carvaganza.
Sebagai perusahaan publik setelah IPO pada 2015, Ferrari memiliki tanggung jawab untuk menjaga konsistensi bisnis dan nilai eksklusif merek. Oleh karena itu, keputusan untuk meluncurkan EV tidak akan dipaksakan oleh euforia pasar, melainkan melalui penyesuaian bertahap berdasarkan analisa preferensi pelanggan dan kesiapan teknologinya.
Foto: FerrariPenjadwalan Ulang EV Pertama Ferrari
Sempat beredar kabar bahwa EV Ferrari perdana akan diperkenalkan pada Oktober 2025. Bahkan beberapa prototipe yang diduga sebagai mobil listrik Ferrari telah terlihat diuji di sekitar Maranello, dengan wujud menyerupai SUV atau crossover. Namun dalam pernyataan terbaru, Galliera membuka kemungkinan jadwal peluncuran tersebut bisa berubah.
Ferrari menyebut masih menunggu sinyal kuat dari konsumen dan regulator global. Jika tren pasar dan kebutuhan klien mendikte arah berbeda, Ferrari akan menyesuaikan diri. Untungnya, Dewan Direksi Ferrari telah menyetujui investasi di seluruh jenis teknologi, memungkinkan pabrikan menghadapi masa depan dengan fleksibel dan percaya diri.
Konsistensi di Tengah Tren EV Global
Sikap Ferrari terhadap EV tidak unik di antara pabrikan mobil performa tinggi. Lamborghini, misalnya, masih mempertahankan produksi mesin V12 dan V8 di berbagai model, meski tengah bersiap menyambut Revuelto yang menggunakan teknologi hybrid. McLaren juga mengikuti jalur serupa dengan memadukan evolusi teknologi dan eksistensi mesin pembakaran tradisional dalam lineup-nya.
Pagani, pabrikan niche asal Modena, bahkan menyatakan ketidakpercayaannya terhadap EV sebagai kendaraan yang bisa menyuguhkan sensasi emosional sekelas mesin V12. Bagi Pagani, elektrifikasi dianggap mereduksi pengalaman berkendara yang selama ini menjadi jiwa dari hypercar mereka.
Ferrari mungkin lebih terbuka dari Pagani, namun tetap hati-hati. Amalfi bisa jadi penutup era V8 murni, tapi bukan akhir dari mesin pembakaran Ferrari. Setidaknya, tidak dalam waktu dekat. Ketika EV Ferrari akhirnya muncul, bisa dipastikan bukan sekadar pengakuan tren, melainkan hasil penyempurnaan teknologi dan filosofi performa yang telah teruji. (WHY/ODI)
Baca Juga:
Ferrari Amalfi Debut, Warisan Dolce Vita dengan Sentuhan Performa Modern
Ferrari Amalfi Atap Terbuka Absen, Pabrikan Mau Lihat Respons Pasar
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Pembeli asli yang terverifikasi
Model Mobil Ferrari
GIIAS 2025
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Unggulan Ferrari
- Terbaru
- Populer
Video Mobil Ferrari Terbaru di Oto
Artikel Mobil Ferrari dari Carvaganza
Artikel Mobil Ferrari dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature