Menperin Minta Pabrikan Jepang Tidak Naikkan Harga Mobil, Upayakan Deregulasi dan Insentif Fiskal
Stabilkan Industri Otomotif, Kemenperin Gandeng Pabrikan dan Siapkan Insentif Fiskal
Agus Gumiwang Kartasasmita Menteri Perindustrian melakukan lawatan ke Jepang. Ia bertemu tiga produsen otomotif raksasa yakni Toyota, Suzuki dan Daihatsu. Kemudian meminta komitmen kepada mereka agar tidak menaikkan harga jual kendaraan produksinya. Dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap tenaga kerja mereka di Tanah Air. Walau situasi ekonomi global sedang tidak menentu.
KEY TAKEAWAYS
Mengapa Kemenperin meminta pabrikan tidak menaikkan harga mobil?
Kemenperin khawatir kenaikan harga mobil dan PHK massal bisa mengganggu daya beli masyarakat serta memicu efek domino di sektor otomotif, yang merupakan penyumbang besar PDB dan lapangan kerja nasional.Apa langkah pemerintah untuk menjaga stabilitas industri otomotif?
Selain meminta komitmen dari pabrikan otomotif besar seperti Toyota, Suzuki, dan Daihatsu, pemerintah juga tengah menyiapkan langkah deregulasi dan insentif fiskal untuk menjaga iklim investasi dan daya saing pasar otomotif Indonesia.Hal ini disampaikan Menperin saat di Paviliun Indonesia dalam rangka menghadiri World Expo 2025 Osaka, Jepang pada 11 Juli 2025. Kepada ketiga prinsipal itu. Menperin menyampaikan keprihatinan atas potensi gejolak di sektor otomotif nasional jika terjadi lonjakan harga kendaraan atau pengurangan tenaga kerja.
“Maka dari itu, kami secara khusus meminta agar tidak ada kenaikan harga mobil dan tidak ada PHK di Indonesia. Ini penting demi menjaga daya beli masyarakat. Dan menjaga lapangan kerja di sektor otomotif, yang merupakan salah satu penopang industri nasional,” ujar Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita usai pertemuan.
Foto: KemenperinPermintaan itu konon disambut positif oleh para petinggi Toyota, Suzuki dan Daihatsu. Mereka memahami kekhawatiran pemerintah Indonesia. Kemudian menyatakan komitmen untuk menjaga harga tetap stabil. Termasuk juga mempertahankan tenaga kerja di tengah berbagai tantangan global. “Komitmen mereka kami apresiasi. Ini adalah langkah konkret dalam mendukung stabilitas industri otomotif di Indonesia,” terang Agus Gumiwang.
Wacana Deregulasi dan Insentif Fiskal
Dalam pertemuan itu, Menperin juga membahas pentingnya menjaga pasar otomotif domestik Indonesia agar tetap atraktif dan kompetitif. Pemerintah Indonesia mengaku sedang mengupayakan berbagai langkah deregulasi dan insentif fiskal. Yakni demi mendorong iklim investasi di sektor otomotif ini. Bagaimanapun juga regulator wajib turun tangan di tengah silang sengkarut ini. Berkaca dari data Gaikindo semester pertama 2025. Jumlah pengiriman ke tangan konsumen dari Januari hingga Juni hanya mencapai 390.467 unit saja. Artinya torehan ini terjun 9,7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Ia pun menekankan bahwa kolaborasi erat antara pemerintah dan prinsipal otomotif menjadi sangat penting. Tentunya dalam memastikan keberlanjutan industri dan kesejahteraan tenaga kerja di Indonesia. Dengan kontribusi signifikan terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, industri otomotif menjadi sektor strategis yang harus dijaga bersama. “Pasar otomotif Indonesia sangat potensial. Jangan sampai kehilangan momentum hanya karena kenaikan harga atau pengurangan tenaga kerja bisa memicu efek domino,” ujarnya.
Foto: KemenperinKapasitas Produksi Pabrikan Otomotif Nasional dan Penyerapan Tenaga Kerja
Kalau menurut catatan Kemenperin. Industri kendaraan bermotor Indonesia memiliki skala besar dengan kontribusi signifikan dari segmen roda empat serta roda dua dan tiga. Segmen roda 4 didukung 32 pabrikan berikut kapasitas produksi 2,35 juta unit per tahun. Kemudian menyerap tenaga kerja hingga 69,39 ribu orang. Kemudian realisasi investasi mencapai Rp143,91 triliun.
Lalu segmen roda dua dan empat, didukung oleh 73 pabrikan, dengan total kapasitas produksi sebesar 10,72 juta unit per tahun. Terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 30,31 ribu orang, dan realisasi investasi Rp30,4 triliun. Hingga Januari–Mei 2025, industri kendaraan roda empat mencatat produksi 459 ribu unit, penjualan 316 ribu unit dan ekspor CBU 192 ribu unit.
Selama periode yang sama, industri kendaraan roda dua dan tiga membukukan produksi 3,37 juta unit, penjualan 3,1 juta unit, serta ekspor CBU 268 ribu unit. Menperin mengaku optimistis. Langkah antisipatif ini bakal mendapat respons positif dari publik dan pelaku industri sebagai sinyal kepastian. Diklaim juga sebagai bagian keberpihakan pemerintah terhadap keberlangsungan industri otomotif nasional di tengah dinamika maupun tantangan ekonomi global. (ALX/TOM)
Baca juga:
Wuling Tampilkan 3 Model Mitra EV Hasil Racikan Karoseri, Cocok bagi Pengusaha
Penjualan Terseok-seok, Honda Masih Posisi Ketiga dan Berharap dari GIIAS 2025
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Pembeli asli yang terverifikasi
GIIAS 2025
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature