IMI dan Ditjen Bea Cukai Permudah Kebutuhan Suku Cadang Balap di Indonesia
Dunia balap di Indonesia tengah mendapatkan sorotan berkat kehadiran sirkuit Mandalika untuk gelaran MotoGP dan WSBK serta rencana penyelenggaraan Formula E yang terus dipersiapkan. Ini membuat keinginan memajukan dunia balap Tanah Air semakin meningkat. Sayangnya, ada beberapa tantangan yang dihadapi para pegiat balapan untuk mendapatkan suku cadang balapan bekas yang murah.
Sebelumnya hal ini sudah disampaikan Rifat Sungkar, pereli nasional dan juga Wakil Ketua Umum IMI Mobilitas yang menjelaskan kehadiran suku cadang balap menjadi inti dari berkembangnya olahraga balap di Indonesia. Bahkan dalam kondisi bekas yang dibeli dari luar negeri, suku cadang tersebut memberikan kualitas yang sudah dibuktikan berkat penggunaan dan pengembangan di berbagai kompetisi tingkat internasional.
Terkait hal ini, Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan sepakat untuk saling bersinergi meningkatkan kerjasama, bersama-sama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian, khususnya dalam memperlancar pengiriman kendaraan roda dua dan roda empat khusus untuk kebutuhan olahraga balap termasuk pasokan onderdil dan spare parts kendaraan balap dari luar negeri.
"Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 14 tahun 1 tentang Kriteria Teknis Impor Barang Modal dalam Keadaan Tidak Baru telah mengatur ketentuan masuknya berbagai suku cadang kendaraan, yang bisa digunakan para pembalap untuk memperkuat kendaraan balapnya. Namun implementasinya di lapangan, khususnya di pelabuhan saat barang masuk, seringkali terdapat berbagai kesulitan, sehingga tidak jarang suku cadang yang sudah dibeli dari luar negeri, tidak bisa masuk ke Indonesia," ujar Bamsoet usai bertemu Dirjen Bea Cukai Askolani, di Kantor Pusat IMI kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Sabtu (4/12/21).
Turut hadir jajaran Direktorat Jenderal Bea Cukai, antara lain Direktur Teknis Kepabeanan R Fadjar Donny, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe A Tanjung Priok Dwi Teguh, Kepala Bidang Fasilitas Pabean dan Cukai Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tanjung Priok Evi Octavia, serta Kepala Subdirektorat Impor, Direktur Teknis Kepabeanan Chotibul Umam. Hadir pula pengurus IMI Pusat, antara lain Badan Pembina Ricardo Gelael dan Tinton Soeprapto, Badan Pengawas Brigjen Pol Syamsul Bahri dan Jeffrey JP, Bendahara Umum Effendi Gunawan, Wakil Ketua Umum Mobilitas Rifat Sungkar, serta Hubungan Antar Lembaga Andrys Ronaldi.
Bamsoet mengungkapkan, rata-rata setiap satu kendaraan balap, bisa membutuhkan empat sampai lima mesin cadangan. Karena sulit mengurus impor masuk mesin, tidak jarang pembalap justru menyiasatinya dengan membeli kendaraan sejenis hanya untuk mengambil mesinnya saja.
Baca juga: Bertemu MotoEV, Trail Listrik Konsep Buatan Pindad di Mandalika
"Tidak heran jika satu pembalap yang menggunakan kendaraan balap jenis Honda Jazz, misalnya, bisa memiliki 4-5 mobil di garasinya, hanya untuk diambil mesinnya saja. Menjadikan bengkaknya pengeluaran sekaligus ketidakefektifan dalam sistem penyelenggaraan olahraga balap di Tanah Air," jelas Bamsoet.
Bamsoet mengungkapkan, IMI juga sedang mengupayakan agar Indonesia melalui Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, serta Direktorat Bea dan Cukai, bisa membuat regulasi yang semakin memudahkan impor permanen masuknya kendaraan balap internasional dengan posisi setir di sebelah kiri. Mengingat berbagai kejuaraan balap mobil internasional, 99 persennya menggunakan mobil balap dengan posisi setir di sebelah kiri.
"Karena ketiadaan kendaraan balap dengan posisi setir di sebelah kiri di Indonesia, menjadikan para atlet nasional kesulitan berlatih di dalam negeri. Sementara untuk berlatih di luar negeri, ongkos yang dikeluarkan sangat tinggi. Efeknya, saat harus bertanding di luar negeri, para atlet harus terlebih dahulu beradaptasi dengan posisi setir di sebelah kiri, Tidak heran jika terkadang hasil akhir yang diberikan kurang maksimal," ucap Bamsoet.
Sebelumnya, Ketua MPR RI ini mendapatkan peristiwa berharga saat berkendara bersama Sean Gelael melewati sirkuit reli Meikarta beberapa waktu lalu. Mobil Citroen C3 R5 yang dinaikinya terbalik dan ringsek. Jika bukan karena kualitas produk balap yang sudah melewati R&&D panjang, bisa jadi nyawa Sean maupun Bamsoet dalam bahaya.
Baca juga: Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kecelakaan Sean Gelael dan Bamsoet
Rifat berharap, pemerintah mempermudah izin untuk pebalap Indonesia membangun mobil balap yang juga memiliki keamanan tinggi. Termasuk membeli bagian kendaraan secara terpisah, baik mesin, frame maupun gardan.
"Bukan kita mau di spesialkan, tapi kita ada di industri yang berbahaya dan ini harus dilindungi individu yang berada di dalamnya. Kita sudah punya Sirkuit Mandalika, tapi pebalap Indonesia mau pakai apa balapan di sana, itu yang kita suarakan," ucap Rifat dalam postingan media sosialnya beberapa waktu lalu.
Rifat berharap, saat kemudahan mendapatkan mobil dan motor balap bekas dari luar negeri dirasakan, mekanik dalam negeri akan membangun kendaraan tersebut sesuai dengan kondisi balapan di Indonesia. Seiring waktu diharapkan akan ada transfer ilmu yang dirasakan.
"Tidak kebayang tadi kalau mobil balap yang digunakan dibangun dengan besi seadanya. Pesan yang ingin disampaikan, olahraga motorsport itu berbahaya, tetapi safety device yang dipakai diperhitungkan untuk menghadapi resiko itu. Pebalap Indonesia lainnya ingin punya keamanan seperti mobil Sean, tapi dengan harga terjangkau. Kita juga ingin aman. Makanya ini untuk pembinaan prestasi olahraga Indonesia. Semoga pihak-pihak terkait mau mendengarkan," tutup Rifat. (Sta/Raju)
Baca juga: Dipercaya Sebagai Safety Car WorldSBK Mandalika Jadi Pembuktian Hyundai i30 Fastback N
Jual mobil anda dengan harga terbaik
IIMS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature
- advice
Bandingkan
You can add 3 variants maximum*- Merek
- Model
- Varian