Populix dan Forwot Bahas Tantangan EV Nasional, Infrastruktur dan Interoperabilitas Jadi Sorotan
Diskusi panel mengangkat sejumlah isu krusial dalam perkembangan kendaraan listrik di Indonesia
Sulit memungkiri bahwa pasar kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) di Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Sejalan dengan komitmen global terhadap energi bersih dan keberlanjutan. Namun, di balik geliat positif tersebut, terdapat sejumlah tantangan fundamental yang perlu diatasi untuk mewujudkan ekosistem EV yang matang dan berkelanjutan di Tanah Air.
KEY TAKEAWAYS
Apa tantangan utama dalam perkembangan EV di Indonesia?
Keterbatasan SPKLU, layanan servis terbatas, interoperabilitas baterai yang belum standar, dan regulasi keamanan baterai yang belum diwajibkanBerapa jumlah SPKLU yang tersedia saat ini?
Total 3.772 unit, dengan mayoritas berada di Pulau JawaPopulix, perusahaan riset berbasis teknologi, bekerjasama dengan Forwot (Forum Wartawaran Otomotif), mengadakan diskusi panel mengenai dinamika yang membentuk pasar EV di Tanah Air sembari mengundang beberapa pakar, Selasa (1/7). Susan Adi Putra, Populix Associate Head Research for Automotive, mengungkapkan ada beberapa alasan penghambat perkembangan kendaraan listrik.
“Pertama keberadaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum, ini menjadi barrier utama kenapa responden tidak mau membeli mobil listrik,” ungkap Putra.
Masalah ini sebenarnya sudah mulai ditangani PT PLN (Persero) yang per Maret 2025 telah menghadirkan 3.772 unit pengisian daya di seluruh Indonesia. Terdapat 2.667 unit di Jawa, 442 unit di Sumatra dan 217 unit di Kalimantan.
Infrastruktur pengisian ini juga jadi perhatian produsen kendaraan listrik. Para produsen membuka charging station di pusat layanan mereka di berbagai wilayah untuk kenyamanan konsumen, meski tidak terlalu banyak.
Berikutnya adalah soal layanan purnajual, dalam hal ini kurangnya bengkel yang melayani perbaikan kendaraan listrik. Ini termasuk untuk masalah non kelistrikan. Dijelaskan bahwa, jarak antar diler yang masih terhitung jauh, membuat masyarakat enggan beralih ke produk EV.
Menanggapi masalah ini, William Kusuma, head of CEO Office Alva mengungkapkan Alva telah menjalin kerjasama dengan bengkel sekitar diler mereka. Ini untuk memberikan kepastian layanan purna jual yang terbaik untuk konsumen.
“Kami memastikan setidaknya ada empat bengkel yang bisa melayani kendaraan listrik di setiap satu buah dealer. Hingga saat ini ALVA telah mendukung hadirnya 46 bengkel yang mendukung servis kendaraan listrik di Indonesia. Harapannya langkah serupa juga bisa dilakukan oleh para pelaku industri kendaraan listrik lainnya, sehingga proses adopsi ini semakin lancar,” ucap William.
Evvy Kartini, Founder of National Battery Research Institute, yang juga menjadi narasumber di acara tersebut, juga menyinggung soal interoperabilitas pada baterai yang digunakan produk EV. Saat ini jenis baterai dan piranti pengisian daya masih terbatas kepada merek kendaraan masing-masing, sehingga menyulitkan dalam pengisian daya di stasiun pengisian daya lain.
“Harapannya dengan standarisasi yang sama, masyarakat semakin mudah untuk me-charge kendaraan listrik mereka, dan kemudian mendorong adopsi kendaraan listrik,” ungkap Evvy.
Interoperabilitas mengacu pada kemampuan baterai dari berbagai merek atau model untuk dapat digunakan secara bergantian atau saling dipertukarkan dalam sistem yang sama. Standard ukuran baterai yang belum sama juga merupakan salah satu aspek penting untuk diperhatikan karena akan mendukung interoperabilitas baterai tersebut. Hal ini menjadi sangat signifikan karena dapat memampukan pengisian daya baterai di berbagai stasiun pengisian tanpa dibatasi oleh merek kendaraan listrik yang digunakan.
Tak hanya itu, Evvy juga menggaris-bawahi keamanan baterai yang saat ini belum teregulasi dengan baik. Meskipun SNI sertifikasi untuk keamanan baterai seperti SNI 8872 sudah ada sejak tahun 2019, hingga saat ini aturan ini belum diwajibkan oleh pemerintah. Sementara hal ini terkait dengan keselamatan konsumen kendaraan listrik.
“Harapannya, diskusi yang juga dihadiri oleh para pelaku industri kendaraan bermotor ini dapat semakin mendorong pengembangan lanskap juga adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Dengan tujuan akhir mendukung upaya pemerintah dalam menanggulangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil,” tutup Putra. (STA/ODI)
Baca Juga:
Cara Curang Dongkrak Penjualan, Mobil Baru 0 Km Dijual Jadi Barang Bekas di Cina
Kemenperin Usung Konsep Green Mobility di Industri Otomotif, Apa Itu?
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Pembeli asli yang terverifikasi
GIIAS 2025
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature