Perang Harga EV di Cina Kian Meresahkan, Pemerintah Turun Tangan Tegur Pabrikan
Kekhawatiran akan persaingan tidak sehat memicu intervensi regulator. Industri otomotif Cina di ambang koreksi besar
Perang harga dan gelombang diskon di pasar kendaraan listrik (EV) yang melibatkan pabrikan-pabrikan Cina belakangan ini menjadi sorotan tajam, terutama selama gelaran GIIAS 2025. Persaingan antar merek semakin intens, dengan strategi saling balas merilis produk berfitur tinggi namun berbanderol semakin rendah. Fenomena ini bukan hanya menarik perhatian konsumen, tetapi juga memicu keresahan di dalam negeri, khususnya dari sudut pandang pemerintah Cina.
KEY TAKEAWAYS
Mengapa pemerintah Cina menegur pabrikan EV?
Karena perang harga dinilai memicu persaingan tidak sehat dan mengancam stabilitas industri otomotifBerapa penurunan harga mobil baru di Cina dalam dua tahun terakhir?
Sekitar 19 persen, dengan rata-rata harga kini di kisaran 165.000 yuanKompetisi di pasar EV Cina kini telah bergeser dari sekadar adu teknologi dan kepedulian terhadap lingkungan menjadi medan perang harga yang semakin brutal. Dinamika pasar yang menyerupai diskon besar-besaran di toko elektronik telah mengubah wajah industri otomotif menjadi arena yang penuh tekanan dan ketidakpastian.
Selama dua tahun terakhir, perang harga antar produsen EV lokal berlangsung tanpa henti. Strategi ini memang berhasil mendorong lonjakan penjualan, namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran serius akan dampak jangka panjang terhadap keberlanjutan industri.
Pemerintah Cina pun mulai angkat suara. Menyerukan penghentian praktik-praktik yang dianggap berlebihan dan berpotensi memicu “perlombaan menuju titik terendah” dalam struktur kompetisi otomotif nasional. Meski seruan tersebut telah disampaikan, belum ada jaminan bahwa perang harga akan benar-benar mereda dalam waktu dekat.
Regulator Serukan Koreksi Pasar dan Pengaturan Diri
Mengutip laporan dari CNBC, sejumlah eksekutif dari merek-merek EV domestik telah dipanggil ke Beijing. Dalam pertemuan tersebut, pejabat pemerintah meminta para pelaku industri untuk melakukan “pengaturan diri” secara kolektif.
Otoritas pasar juga menekankan pentingnya “mengoreksi secara menyeluruh kompetisi yang bersifat involusioner”. Sebuah istilah yang digunakan Perdana Menteri Li Qiang untuk menggambarkan dinamika pasar yang saling merugikan dan tidak produktif.
Selama dua tahun terakhir, harga kendaraan listrik dan hybrid baru di Cina terus ditekan demi merebut pangsa pasar. Asosiasi Produsen Mobil Cina (CAAM) mengeluarkan peringatan bahwa “perang harga yang tidak terkendali akan memperparah kompetisi tidak sehat” dan dapat mengganggu keseimbangan industri secara keseluruhan.
Tanpa menyebut nama secara eksplisit, CAAM menyinggung BYD sebagai pihak yang memulai gelombang penurunan harga besar-besaran. Langkah tersebut kemudian diikuti oleh banyak produsen lain, memicu efek domino yang berujung pada “kepanikan perang harga” baru di pasar EV.
Respons dari Pabrikan: Optimisme Minim, Persaingan Diprediksi Makin Sengit
Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Cina menyatakan akan memperketat regulasi terhadap kompetisi yang dianggap tidak produktif. Selain itu, pemerintah juga berencana menegakkan undang-undang yang mendorong terciptanya persaingan sehat. Namun, efektivitas kebijakan ini masih diragukan oleh pelaku industri.
Salah satu pabrikan yang memberikan tanggapan adalah Xpeng. CEO Xpeng, He Xiaopeng, menyampaikan pandangan yang cukup pesimistis terhadap kemungkinan tercapainya gencatan senjata antar pabrikan. Dalam pernyataannya, Xiaopeng mengatakan bahwa “persaingan akan semakin sengit dalam lima tahun ke depan,” dan menyebut kondisi saat ini hanya sebagai “hidangan pembuka” dari apa yang akan terjadi pada masa mendatang.
Pandangan tersebut juga diamini oleh analis dari Nomura. Menurut mereka, dengan kondisi kelebihan pasokan kendaraan di pasar, puncak dari perang harga justru belum terjadi dan kemungkinan besar masih menunggu di depan.
Harga Mobil Baru Anjlok, Struktur Industri Terancam
Dalam dua tahun terakhir, harga rata-rata mobil baru di Cina mengalami penurunan drastis sekitar 19 persen. Saat ini, harga tersebut berada di kisaran 165.000 yuan atau sekitar USD 22.900. Penurunan ini memang menguntungkan konsumen dalam jangka pendek, namun menimbulkan pertanyaan besar: apakah harga serendah ini bisa bertahan tanpa merusak struktur industri otomotif dalam jangka panjang?
Jika di negara asalnya saja perang harga EV sudah menimbulkan kekhawatiran pemerintah, maka wajar jika muncul pertanyaan apakah hal serupa akan terjadi di Indonesia. Terlebih, semakin banyak pabrikan Cina yang masuk ke pasar lokal, dan tren perang harga mulai terlihat selama GIIAS 2025.
Jika tidak diantisipasi dengan kebijakan yang tepat, Indonesia bisa saja menghadapi dinamika serupa. Kompetisi harga menjadi dominan, menggeser fokus dari inovasi, kualitas, dan keberlanjutan produk. (WHY/ODI)
Baca Juga:
Populix dan Forwot Bahas Tantangan EV Nasional, Infrastruktur dan Interoperabilitas Jadi Sorotan
Strategi Toyota Melawan Perang Harga: Bangun Ekosistem Komprehensif, Tak Hanya Jual Murah
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Pembeli asli yang terverifikasi
GIIAS 2025
Tren & Pembaruan Terbaru
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
Mobil Pilihan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Terbaru di Oto
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature