Hyundai Tetap Fokus Bisnis Fleet di Indonesia, Stargazer Jadi Tulang Punggung

Bisnis fleet kini menjadi salah satu fokus penting PT Hyundai Motors Indonesia (HMID). Perusahaan ini melihat peluang besar untuk memperluas jangkauan konsumen ke ranah korporasi maupun institusional, sekaligus membangun volume penjualan yang lebih stabil. Menurut Hendry Pratama, Head of Corporate Strategy Department HMID, bisnis fleet Hyundai memang masih relatif kecil jika dibandingkan dengan pemain lama. Namun, strategi pengembangan sudah disiapkan dengan pendekatan segmentasi yang lebih terukur agar bisa bersaing di pasar yang semakin kompetitif.

Dalam portofolio fleet Hyundai, Stargazer menjadi model yang paling dominan. MPV ini dianggap sebagai tulang punggung utama karena karakternya yang menunjang fungsionalitas. Kapasitas angkut yang memadai, fleksibilitas penggunaan, serta efisiensi biaya operasional jangka panjang membuat Stargazer menjadi pilihan utama perusahaan. “Backbone fleet kami saat ini, tanpa bisa dipungkiri, adalah Stargazer. Minat pasar untuk penggunaan passenger car masih berada di segmen MPV,” ujar Hendry Pratama di Jakarta beberapa waktu lalu.

Meski Stargazer menjadi andalan, Hyundai juga aktif menggarap segmen menengah ke atas. Untuk kebutuhan direksi dan manajemen, permintaan cenderung mengarah ke SUV premium seperti Santa Fe dan Palisade. Palisade bahkan disebut memiliki daya tarik kuat di segmen tersebut karena citra dan kenyamanannya yang lebih tinggi. “Untuk level direksi dan manajemen, minatnya cenderung mengarah ke SUV premium kami, seperti Santa Fe dan Palisade. Terutama Palisade, yang permintaannya cukup kuat di segmen tersebut,” jelas Hendry.

Industri yang menggunakan fleet Hyundai pun beragam. Mayoritas kendaraan dipakai sebagai mobil operasional, dengan latar belakang bisnis yang berbeda-beda sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan. Mulai dari sektor consumer goods, perusahaan rental kendaraan, hingga industri pertambangan. Hyundai juga masuk ke industri travel antar-kota yang lebih terstruktur, meski karakter kebutuhannya berbeda karena tidak selalu membutuhkan MPV konvensional.

“Untuk travel antar-kota yang industrinya sudah terstruktur, biasanya kebutuhan kendaraannya bukan MPV lagi, melainkan kendaraan yang lebih mengarah ke semi-commercial car,” tambah Hendry.

Secara geografis, Jabodetabek masih menjadi wilayah dengan kontribusi terbesar. Hal ini sejalan dengan lokasi kantor pusat korporasi yang berada di kawasan tersebut, sehingga keputusan pembelian unit banyak ditentukan di Jakarta. Namun, kendaraan operasionalnya digunakan di berbagai daerah, termasuk Sumatera dan Kalimantan.

“Keputusan pembeliannya memang di Jakarta, tetapi kendaraan operasionalnya digunakan di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatera dan Kalimantan,” ujar Hendry.

Untuk tahun depan, HMID memastikan bisnis fleet tetap menjadi area yang digarap serius. Strategi yang dipilih adalah lebih selektif, dengan fokus pada industri yang diproyeksikan tumbuh, seperti consumer industry, pharmaceutical, dan perusahaan rental kendaraan. Hendry menekankan bahwa kondisi ekonomi saat ini tidak sebaik lima atau enam tahun lalu, sehingga penting untuk melihat industri mana yang sedang sunrise dan mana yang sunset. “Selama mereka punya kebutuhan mobilitas, kami yakin masih ada peluang,” kata Hendry.

Dengan pendekatan ini, Hyundai berharap dapat memperkuat posisinya di pasar fleet Indonesia, menjadikan Stargazer sebagai tulang punggung, sekaligus mendorong SUV premium seperti Palisade untuk segmen manajemen dan direksi. Strategi selektif yang dijalankan diharapkan mampu menjawab kebutuhan mobilitas korporasi di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah. (HFD/ODI)

Baca Juga: 

Hyundai Stargazer Bekas Tahun Muda Sekarang Harganya Makin Murah

Hyundai Perkuat Layanan Purnajual dengan Garansi 4 Tahun dan Extended Warranty

Hyundai Indonesia Pastikan Dua Model Baru Awal 2026